Saleum, 🙂
Hari belum beranjak siang, akan tetapi untaian kata – kata tak enak sudah meluncur dari mulut salah seorang ibu yang merasa waktunya dirugikan oleh situkang becak karena becak yang ditumpanginya bocor ditengah jalan. Sesekali kuperhatikan bagaimana sabarnya situkang becak dalam menghadapi omelan dari ibu itu yang baru beberapa menit menjadi penumpangnya sambil terus mengganti ban belakang becaknya dengan ban serap. Tukang becak itu sebenarnya gondok alias sebel juga diomelin ketika sedang berupaya mengganti ban, bukan kah ban becaknya bocor disaat sedang berjalan dan tidak pula disengaja,begitu pikirnya. Akan tetapi demi kebaikan dan sebagai rasa tanggung jawabnya pada penumpang, dia berusaha tidak mau meladeni gerutuan ibu itu dengan perbuatan yang sama. Dengan bergegas dia mengganti ban becaknya agar perjalanan bisa segera dilanjutkan. Dan begitulah, akhirnya dengan penuh kesabaran, pekerjaannya itu selesai dan dengan senyum ramah lalu mempersilahkan ibu tadi naik kembali. Ah… betapa baiknya pekerti tukang becak itu dalam melayani penumpangnya yang emosional.
Lalu perhatianku beralih pada sipenumpang becak itu yang sekarang duduk dengan muka merengut diatas becak. Seorang wanita setengah tua dengan dandanan yang lumayan mentereng dan sepertinya akan menghadiri sebuah hajatan penting. Dia masih saja merengut ketika becak sudah berjalan dan berlalu dari pandanganku yang saat itu sedang ngopi disebuah warung kopi yang berada persis di dekat tekape. Salah seorang temanku nyelutuk “ Tuh liat, sipenumpang yang gak pengertian….”. Aku menanggapinya dengan senyum karena masih teringat akan kesabaran situkang becak tadi.
Sahabatku, Ada banyak pembelajaran yang bisa kita dapatkan lewat kejadian – kejadian disekitar kita andai kita mau membuka hati nurani. Biarpun tampak kecil dan biasa saja, namun sebuah cerita di persimpangan ini punya hikmah tersendiri untuk kita telaah menjadi bekal kita bersosialisasi. Belajarlah menyebarkan energi positif dan jangan menyalahkan keadaan karena tidak akan membuat keadaan jadi lebih baik, bahkan akan menjadikan kita lebih stres dan frustrasi. Dengan kesabaran maka semua masalah akan teratasi dengan baik.
Saleum
repetan itu bahasa apa ya pak 🙂 ?
Repetan = merepet, merepet = mengomel, mengomel = menggerutu, menggerutu = marah -marah
semoga bisa membantu 🙂
iya apa tuh artinya direpetin?
Repetan = merepet, merepet = mengomel, mengomel = menggerutu, menggerutu = marah -marah
semoga bisa membantu 🙂
sudah diedit kebahasa yang mudah dimengerti. karena sebelum nya saya pakai bahasa yg umum digunakan didaerah saya.
Ah setuju sekali sama kalimat terakhir..
Harus menyebarkan energi positif ya..
terkadang namanya juga ibu2,rata2 emang begitu,selalu ngomel2 ya hhaaa..
Lagi berusaha terus menjadi orang sabar..
Semoga bisa menjadi orang yang sabar dan ibu yang sabar 🙂
saleum
kasihan yach tukang becaknya….padahal dia udah berusaha memberikan pelayanan yg terbaik……aku aja yg perempuan suka sebel klo lihat ada perempuan yg ngomel2….apalagi sm suaminya sendiri…….
apalagi aku mbak nia, paling males juga liat orang yang pengertian gitu, kayak si ibu dalam kisah diatas
saleum
bener bang,,
jika kita mau membuka mata hati kita lebar-lebar, maka di situlah banyak sekali kejadian2 yang ada di sekitar kita yang bisa kita ambil hikmahnya untuk kebaikan diri kita sendiri
itu bagi yang mau bang, bagi yang tak mau semua kejadian yg nampak dimatanya dianggap angin lewat ya kan? bersyukurlah jika kita mau sedikit membiarkan otak kita mencerna setiap kejadian yang ada disekitar 🙂
saleum
Cerita yang sangat menarik.
hebat. Suka. dan salam kenal mas
Trims sobat, salam kenal balik dariku 🙂
saleum
benar mas , karena lelaki punya hasrat dan juga keinginan akan rasa ketertarikan pada lawan jenis
akibat gak baca sampe abis, komennya jadi gini neh, gak nyambung banget 😦
Saleum om ^^
si ibunya jadi stres sendiri dan karena cemberut begitu, beliau pasti lelah
kenapa juga gg pindah becak aja ?
lupa pula kutanyakan tentang kemungkinan utk pindah ke becak lain mbak tiara, soalnya aku malas mencampuri urusan mereka 🙂
saleum
He…x9
Mungkin sudah menjadi cirihasnya ibu-ibu atau pun perempuan kebanyakan. Apa Mas ? Repetan ? He…x9
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
heheheheehehe….
[…] 2. Mas Huang 3. Arif “BangKoor” 4. Mas Abi 5. Mas Fatwa “Siho” 6. Bang David “dMilano”, dan 7. Mas Agung […]
Bang, lihat sini ya, ada PR buat Bang David. 😀
owaalah….. sop asop…. 😀 udah gak sekolah lagi kok dikasi PR sih… 😆
okeh deh, saya akan laksanankan dengan senang hati PR nya
saleum
intinya sabar ya Mas..tapi, setidaknya tukang becaknya bilang sama ibu itu, “kan ban meletus bukan saya yang meletusin.. mungkin berat badan ibu tuh yg berlebihan makanya sampe ban saya meletus.. nih harusnya ibu juga yg nambal, la wong dari tadi saya naikin nggak bocor, eh setelah ibu naik kok meletus..” hehehe… 🙂 🙂 tambah merengut kali ya..???
mungkin akan keluar “kata kata mutiara” yg lebih indah dari si bu itu terhadap si tukang becak mas, 😆
saleum
Positif+positif+ think positif semua akan jadi mungkin
asalkan mau, kenapa tidak mungkin 🙂
saleum
Manusia kadang sering tidak sabar dan tidak mengerti orang lain.
Padahal syukur dan sabar itu obat mujarab lho.
Salam hangat dari Surabaya
Saleum,
iya pakdhe, semakin canggih dunia, semakin banyak yg lupa akan rasa sabar. andai kita mau kembali berkaca pada pribadi Rasulullah, betapa indahnya kedamaian yg kita rasakan dalam kehidupan kita.
saleum
Rupanya si penumpang perlu belajar ikhlas dan bersabar 🙂
Semoga kita juga bisa menjadi orang yang bersabar 🙂
Aamiin, semoga kak, dengan demikian kita semakin bisa bersyukur akan pelajaran yg sudah diberikan Allah buat kita.
saleum dmilano