Knalpot Puntong

Nek Di punya banyak cerita, saya suka dengan kemampuannya mengolah kata – kata menjadi cerita yang enak didengar sambil ngopi diwarung kopi simpang Limong. Walaupun kenderaan lalu lalang dipandangan namun jika dia bercerita saya acap kali lupa dengan keadaan sekitar. Selagi kami sedang ngopi, tiba – tiba sebuah sepeda motor dengan suara knalpot membahana lewat menuju Kesdam. Saya, Nekdi dan penikmat kopi lainnya serentak menoleh kesumber suara. Ada yang menyumpah serapah karena suara itu sangat mengganggu telinga, ada yang cuma geleng – geleng kepala dan ada yang ada – ada saja, hehehe….

 Saya menoleh pada Nekdi yang sudah kembali khusyu’ dengan kopinya.

“ Apa Nek tak terganggu dengan suara knalpot puntong (Knalpot puntung) itu ?”

“ Cuma sedikit yung, saya sudah terbiasa dengan suara begitu…” Jawabnya santai. Saya menanggapinya dengan sedikit tersenyum.

“ Saya punya sebuah cerita yang saya dapat dari ceritanya si cang panah yung, apa kamu mau mendengar..??” Nekdi kemudian bertanya. “ ini juga berkaitan dengan knalpot seperti tadi “ sambungnya.

“Silahkan Nek, mumpung masih banyak waktu…” jawab saya.

“ Begini ceritanya…” Kemudian Nekdi bercerita.

KARENA baru tiba di kota Banda Aceh, Samin meminta teman sekampungnya untuk membawa ia keliling menghirup udara malam perkotaan. Kebetulan temannya melanjutkan kuliah di Unsyiah, tentu tahu benar tempat yang indah untuk menghabiskan malam.

Samin tidak seberuntung kawannya, sebut saja Tailah. Ia tak bisa melanjutkan kuliah karena orang tuanya sudah lebih dulu dijemput ajal. Adiknya dua pasang  ditambah emaknya pun sudah sakit-sakitan, Jadi ia harus bertanggungjawab menafkahi keluarganya.

Suasana malam mulai sempurna, lampu-lampu mulai senyum dengan cahayanya, hujan pun turun tak begitu deras tapi cukup membasahkan aspal. Dengan super jhon( motor astrea tahun tujuh tiga alias astuti), Tailah membawa Samin keliling kota. Satu persatu ia perkenalkan tempat incaran orang kaya dan anak gaul. Tempat-tempat di mana kaum menengah ke atas. “Nyou hotel Hermes Palace (ini hotel Hermes Palace)” kata Tailah.

Samin melihat hingga kepalanya berputar 160 derajat. Dengan kecepatan pelan tetapi motor sudah menjerit minta tolong seperti mobil kelebihan muatan, super jhon teriak membahana karena knalpot sudah puntung setengah. “Raya that su ’situti’ tanyou cek Lah? Han didraup lei polisi karena menggangu ureung la’en? (besar sekali suara ‘astuti’ kita Cek lah? Nggak ditangkap polisi karena mengganggu orang lain?),” tanya Samin.

Tailah hanya menggeleng pertanda tidak dan menunjuk motor di depannya yang juga bersuara keras karena knalpot sudah dimodifikasi. Samin mulai memahami. “Sangat banyak knalpot racing yang suaranya sama besar dengan Mesin compresor di bengkel-bengkel Min,” kata Tailah sekalian menunjukkan kefasihan berbahasa kotanya. Buktinya tak ada pasal yang melarang untuk tidak dijual. Padahal suaranya sangat mengganggu orang sekitar, bukan?

Banyak anak-anak muda sekarang yang memakai knalpot racing itu untuk ngebut-ngebut di jalan raya, mungkin biar orang lain tahu kalau mereka sedang balapan atau ingin mendengar sebesar apa suara motornya saat dikebut seolah olah dialah raja jalanan yang mengusai semua sudut jalan. Atau bisa jadi karena tak sanggup membeli knalpot asli karena harganya dua kali lipat lebih mahal dari knalpot racing.

Karena malam minggu, Tailah membawa Samin ke tempat BALI (Balap Liar). Inilah salah satu tabiat sebagian pemuda yang tinggal di Banda Aceh, saat malam minggu mereka berpesta ria di jalan raya dengan tunggangannya. Jalan lurus dipagari kiri-kanannya dengan Ruko. Mereka menggunakan lokasi ini karena pihak berwenang tak melarangnya. Padahal tak begitu jauh dengan pos polisi. Sudah beberapa tempat lain mereka gunakan untuk menyalurkan hobi balapannya, tetapi diusir orang kampung sekitar, sebab suaranya tak kalah besar dengan pesawat Concorde.

Keheranan samin ketika melihat jarum arlojinya sudah menduduki angka 1. “Bukankah orang-orang sudah tidur sekarang, mereka masih saja berbuat onar. Sepertinya kalau di kampung sudah sangat hening. Mungkin ini sebabnya orang-orang pulang ke kampung jika libur datang, Mencari tempat tenang.” Batin Samin menolak keadaan seperti ini.

Keadaan sudah menuntut orang bawahan diam. Ya, terpaksa duduk rapi dan perhatikan ke depan. Begitulah negeri kita ini, semacam metode belajar lama yang tidak memberikan kesempatan murid-muridnya untuk menyanggah jika gurunya keliru atau lupa.

Tailah kemudian mengstart “astuti” warisannya dengan engkol perlahan tapi pasti. Samin menoleh ke belakang dan dalam hatinya terniat takkan kembali lagi ke kota bising ini dan berharap kenalpot puntong (puntung) Tailah tak lagi melekat di pembuangan astutinya. Dari itulah ia akan berkampanye untuk menggunakan knalpot asli atau bawaannya.

Begitulah, knalpot Puntong ternyata punya cerita tersendiri dalam hati Samin. Seorang anak baru gede yang baru datang dari kampung. Ketika melihat dan menyaksikan sendiri knalpot – knalpot yang lantang membahana tanpa saringan, dia sudah merasakan ketidaknyamanan itu. Akankah knalpot – knalpot tersebut akan selamanya “puntong” alias puntung tanpa ada kesadaran sama sekali untuk kembali pada standarisasi berkendaraan..?

“ Yung, mari kita pulang, sebentar lagi mahgrib…” teriak Nekdi pada saya dari tempat parkir. Saya melihat nekdi sedang meng start motornya. Taklama kemudian saya mendengar sebuah suara yang membahana.

“Brrraammm…. Brrraammm….!!!! serempak orang – orang menolehkan kepala ke tempat parkir.

Ternyata suara knalpot puntong itu berasal dari motornya Nekdi, Halahai….

13 comments

  1. hhahahha akhir yang menarik ^^.
    Astuti itu yang kayak gimana sih ya ? loh kok bisa dinamai Super Jhon hhahhai
    saya suka kalimat ini “semacam metode belajar lama yang tidak memberikan kesempatan murid-muridnya untuk menyanggah jika gurunya keliru atau lupa.”

    1. Motor astuti ntu memang dah jadul mbak, astuti ntu singkatan dari Astrea Tujuh Tiga, 🙂
      Kalau masalah superjhon itu karena si empunya astuti menamakan motornya dengan nama itu. biar keren katanya, hahaha
      trims dah berbagi

  2. salaaam..
    Rasanya pengen nimpuk tuh orang yg punya motor knalpotnya bikin jantung saya berdegup gencang…. hehehe,,,,
    sudah dilarang, tetep aja ada yang hobi punya knalpot seperti itu y bang…

    salaam

    1. Malah semakin banyak sekarang pecandu knalpot puntung bang, dilokasi tempat saya tinggal dulu memang ada komunitas yang doyan ngetrek malam2, dan knalpot puntung itu juga yang bikin saya pindah dari situ. syukurlah ditempat sekarang tidak ada terdengar lagi suara “hantu” itu. 🙂

  3. Agung Rangga · · Reply

    huaaah!
    Rasanya pengen ngejitak itu orang yang suara knalpotnya berisik! 👿
    katanya keren, padahal mengganggu! 😡

    1. iya sob, gak ngerti banget tu orang…. 😦

  4. Mereka senang sekali pake knalpot yang bising itu ya mas.
    Gaya anak sekarang gak mikir lingkungan

    Salam hangat dari Surabaya

    1. Begitulah anak muda kita sekarang pakdhe, pake knalpot standart dibilang kuno, padahal itu lebih baik daripada membuat masyarakat terganggu oleh suara kanlpot yang sudah di bolongi saringannya.
      trims sudah mampir Dhe,
      saleum

  5. di depan rumah ibuku juga sering itu knalpot puntong mondar-mandir,
    kasihan orang tua jadi susah tidur, jadi buat penyakit macam2 deh
    knalpot model itu juga kan asapnya gede banget dan bau pula

    1. sepertinya komunitas knalpot puntong sudah bertebaran ni mbak, 🙂

  6. jiahahaha..lah dia sendiri pake knalpot puntung..duh ada pemeran baru ni di blog ini..nekdi 😀

  7. Salam Takzim
    Paling sebel kalau di jalan raya yang macet dan posisi ada dibelakang motor yang berknalpot putong, grergegegregrgegr. pusing bang
    Salam Takzim Batavusqu

    1. jadi gak selera ngomong ya bang kalo sudah dihadapkan dengan keadaan begitu… 🙂

Bagaimana menurut anda... :)